Ayo gabung! Poskan karya anda ke salonsastra@yahoo.com atau salonsastra@gmail.com. Karya anda bisa berbentuk puisi, prosa atau renungan (maks. 1 hal quarto), dalam bentuk teks, audio maupun video. Kunjungi juga Obrolan Sastra Salonsastra di Facebook dan Salon Sastra Grup di Flickr.

1.24.2011

HASUT

Karya Mustawa

sumber foto dari internet

Aku menarikmu ke pinggir hati dengan sebuku tanya, “jikalau tanganmu yang gemulai terbaring pasrah dalam genggaman tanganku, adakah desiran darah asing di dalamnya yang membuat jantungmu tersendat saat memompa?” jikalau matamu redup ketika melihat matahariku menyala-nyala, adakah cahaya asing yang lebih menyilaukan dari padanya?”

Senyummu yang kecil tipis membuat jiwa gelisah menjadi ragu dan sengsara. Nafas jadi sesak dan terburu-buru, seperti menghirup debu-debu kepulan batubara. Wajah juga berubah jadi hitam diliputi hasut yang bertumbuhan seperti jamur. menyebar cepat sekali dalam separuh jasad.

Pipimu yang putih bersih membuat mata merana saat membayangkan jejak jari lain menempelkan debu dan tanah yang menghalangi udaraku masuk ke dalam pori-porinya.

Nafasku semakin terhimpit, “jika pinggul yang melekuk itu hanya menempel ke tubuhku, mengapakah aku masih berenang-renang dalam air payau bercampur lumpur? Sedangkan kabut terus turun bersama malam. Aku tidak menampak kunang-kunang atau bintang untuk jadi penanda.” Lalu dimanakah kau?

Kau hanya menunduk. Rambutmu berjatuhan ke bawah seolah mengurung wajahmu dari segala yang terang. Tetapi tengkukmu yang putih seperti sebuah jembatan dimana aku bisa melangkah dengan gemulai ke dalam hatimu untuk mengambil lentera. Kau yang cantik menatapku dengan tenang sambil berkata, “tataplah aku. Tataplah aku. Akan aku nyanyikan lagu cinta yang hanya bisa engkau dengar.” Kemudian engkau menyanyikan sebuah lagu, “aku selalu bergegas lari untukmu, jika kau menyeru. Aku selalu bermimpi tentang wajahmu ketika kau menyuruhku memejamkan mata. Lepaskanlah dirimu dari hasut. Karena kau telah menusukku dengan cinta yang membuat aku menangis karena takut kehilanganmu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar