Ayo gabung! Poskan karya anda ke salonsastra@yahoo.com atau salonsastra@gmail.com. Karya anda bisa berbentuk puisi, prosa atau renungan (maks. 1 hal quarto), dalam bentuk teks, audio maupun video. Kunjungi juga Obrolan Sastra Salonsastra di Facebook dan Salon Sastra Grup di Flickr.

12.06.2010

Sedikit Pikiran Dari Lamunan Keadaan

Karya : Alfikry Ilmi
sumber foto : http://www.image06.webshots.com/

Alunan saluang digusur sound system musik dugem dadakan.
Nada rabab ditelan nyanyian sumbang
artis meracau tak beraturan.
Bergoyang panas menantang nyaris telanjang
tampakkan tali kutang keberuntungan.
Menggeleng mengangguk serabutan kesetanan.
Makin garang dengan sahutan penonton mabuk kepayang setinggi layangan.

Kerlap-kerlip lampu pusing gemerlap aneka warna.
Berjibaku memacu laju saingi kecepatan cahaya
lengkapi sajian malam setelah hari tak berpesan pada kesan.
Hiburan gratis tanpa pungutan percaloan
cukup bermodal nyali botol alkohol aroma karbol oplosan.

Kemajuan jaman berkiblatkan antrian iklan.
Pengadopsian budaya tanpa banyak pertimbangan.
Ikuti animo standar ketetapan masyarakat dominan.

Bongkar pasang materi seni kebudayaan.
Buang yang bernilai gizi seimbang kaya asupan ke comberan.
Telan yang instan karbitan tanpa proses mekanik pencernaan.

Seni budaya lokal perlahan hilang berganti nisan.



Padang, 6 Desember 2010

Matamu Samudraku

karya Divin Nahb

sumber foto : http://www.pool.org.au/

Mungkin kau sudah lupa bahwa matamu adalah samudera untukku.

Dulu...
Ketika matahari tak berwarna
kau curi tangan ini agar menyatu dengan hangatmu,
lalu, kita menabur warna kuning kepadanya

Dulu...
Saat aku bingung akan malam
Kau ejakan kehangatan di bawah purnama
sambil bercerita tanpa kata tentang nenek yang menyulam dengan kucingnya

Dan, dulu...
Semua adalah satu
Hati, pikiran, tangan, mata kita

Lalu, ke manakah cerita itu...??
cerita yang hanya digoreskan dengan sepasang mata
mata yang kuciumi hingga hanyut
hanyut dalam samudera matamu yang aku ciptakan

--

Mungkin benar kau sudah lupa bahwa matamu adalah samudera untukku

Dan, bolehkah bila kumenjadi gila karenanya??


Tangerang, 04 Juli 2010

MENUNGGU... KATA MAAFMU...

Karya Lika Niea
sumber foto : http://www.picasaweb.google.com/

Aku meratapi tangis yang terus tumpah karenamu... sekalipun telah mencoba ikhlas dengan kepergianmu... tapi kumasih berhutang maaf denganmu... maaf yang begitu sulit kudapat darimu, padahal itu amat berarti buatku... kadang terpikir bahwa kau begitu membenciku... hingga sesaat perkenalanmu dengan ku tak lagi punya arti... entah apa kau membaca pesanku... atau kau buang begitu tahu... tapi aku tak akan berhenti meminta maaf... karena islahku tak akan habis untukmu... karena aku mengharapkan keberkahan untukmu... aku tak ingin kau menyimpan benci yang justru akan menyulitkanmu mendapatkan keberkahan hidup... begitu pula denganku... bagaimana jika saat perjumpaanku dengan dunia telah berakhir... tapi kutetap tak mendapatkan maafmu?... sementara perjalanku akan semakin rumit setelahnya... sahabat ku tersayang... kau akan tetap menjadi pelitaku... karena sesungguhnya sinarmu tak pernah meredup dihatiku... aku akan menjaganya agar sinar kasihmu tak lekang diterjang egoku... ku berharap kau akan selalu bahagia... Dan buatku menunggu maaf mu Seperti menginjak ranjau ... melaju melangkah maka kuhancur... menetap diam ku tak akan ada arti... jika keagungan alam bisa mewakilkan keaagungan cintaku untukmu... maka akan kupilih air sebagai pengganti diriku... karena jika kau berkawan dengan haus dan letih maka air akan menyejukanmu... jika kau berkawan dengan penat dan jenuh... gemericiknya akan menenangkanmu... maka akupun ingin indahku terlukiskan seperti senja... dengan temaram  jingganya menyelimutimu dengan cinta... mengantarmu menapaki sendunya malam... dan benar adanya cinta tak selamanya memiliki... meski bumi terbagi... meski langit tak lagi beratap... jodohmu adalah jodohmu... dan jodohku adalah jodohku... tersyukuri dalam ucapan... termaknai dalam kasihsayang... tak usah risau aku hanya datang membawa pena... untuk menuliskan kata maaf sebagai gambaran hati yang tak lagi memendam amarah atas cinta yang terpatahkan... sebagai gambaran bahwa aku telah ikhlas kau tinggalkan... bahwa cinta tak mungkit terpaut dalam-dalam... karena kau telah memupuk bahagiamu sendiri... dengan pelita... pelita hatimu... bukan denganku... kekasih dan sahabatku... tak ada yang tak termaafkan... sebesar apa bencimu... hinggaku tak layak di maafkan?... Aku hanya singgah dan kemudian pergi dari dinding hatimu... aku kembali hanya untuk meminta maafmu... Abang... MAAFKAN AKU...

Padamu Baktiku

karya A Rahman Al Hakim
sumber foto dari internet

Kenangan itu menghiasi hari…
Menjadi pelita lewati sunyi…
Katamu mengalun dalam hati…
Nasehatmu menyatu dalam diri…
Semua ini kubawa hingga akhir nafas…

Oh… kau yang membimbingku
Oh… kau yang menuntunku
Jasadmu terbaring dalam damai
Rohmu senantiasa bersama hari

Untukmu… bakti yang tak selesai kumerangkai…
Untukmu… pengabdian yang tak lunas kubayar…

Maknamu yang tak selesai kukaji
Jasamu tiada dapat kan kubalas
Karena aku masih menjalani hari
Aku hanyalah seorang pejalan…

Pada rindu kita bertemu
Dalam mahligai cinta
Saat aku menemuimu
Sambut kedatanganku
Wahai kamu jiwaku

(ARAska.Bjm.Kalsel)

OPINI TANAH AIRKU

Oleh  Widi Hatmoko

http://www.3.bp.blogspot.com/

Indonesia..
tanah airku;
tanahnya beli, airnya beli
tanah subur, rakyat tak makmur-makmur
tanah-tanah digusur,
digusur!!
digusur!!
digusur!!
digusur!!
air  mengalir
banjir
menggenangi tanah-tanah tergusur

Indonesia..
tumpah darahku,
tumpah air mataku,
tumpah ruah harapanku

merdeka!!
korupsi?  merdeka
merdeka!!
mafia hukum? merdeka
merdeka!!
rakyat sengsara? merdeka
merdeka!!
Pengangguran? merdeka
merdeka!!
merdeka!!
merdeka!!
merdeka!!
gombal mukiyo
merdeka!!

Satelit Jakarta 2010