STOP PRESS! KACA REDAKSI!
sumber foto www.google.co.id |
Dalam konsep Islam terkenal sebuah istilah “pasrah”. Pasrah adalah sebentuk usaha penyerahan diri secara total atau utuh. Menurut konsep sufistik, pasrah disini bukan berarti berdiam diri lantaran sudah putus asa akibat tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan. Para sufi berpendapat bahwa pasrah disini adalah tetap mengikuti proses ketentuan yang diberlakukan Tuhan, dengan menerima segala sesuatunya secara sadar sambil tetap bekerja mencari peluang dan mensikapi setiap masalah yang sedang dihadapi. Dimensi pasrah bukanlah sebuah ruang untuk menyerah tanpa satu usaha. Karena bersikap pasrah merupakan sebuah tindakan, maka feedbacknya juga harus merupakan sebuah tindakan.
Namun dalam perkembangan zaman kini sikap pasrah juga diartikan sama dengan memilih atau tidak memilih, atau diletakan pada bagian ujung kekalahan, dimana kesadaran menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi sesuatu yang bisa dilakukan. Sikap pasrah sebagai suatu sikap yang negative, padahal ia seharusnya positif. Ketika kepasrahan merupakan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan menjadi landasan diri, maka yang timbul adalah sebuah keyakinan, kekuatan dan kesadaran bahwa dalam hidup kita tidak bisa semena-mena, kita memang bisa berencana namun Tuhan dengan kekuatanNya yang sempurna yang menentukan segalanya. Namun ketika kepasrahan merupakan usaha lepas tangan pada guratan nasib ketika kita tidak bisa apa-apa lagi setelah letih dan gagal berusaha, maka Tuhanpun hanya menjadi tempat berkeluh kesah, doa-doa akan diselingi dengan tangisan serta paksaan agar Tuhan mengangkat lagi derajat kita, dan pandangan mata kita jadi redup, hidup kehilangan gairah, dan masa depan jadi bertambah suram. Maka habislah pemikiran kita dalam pilihan-pilihan, sebab kita tidak punya lagi keyakinan, kekuatan menghadapi masalah, semangat serta kemampuan mensikapi masalah.
Jakarta, 30 okt 2010