Ayo gabung! Poskan karya anda ke salonsastra@yahoo.com atau salonsastra@gmail.com. Karya anda bisa berbentuk puisi, prosa atau renungan (maks. 1 hal quarto), dalam bentuk teks, audio maupun video. Kunjungi juga Obrolan Sastra Salonsastra di Facebook dan Salon Sastra Grup di Flickr.

12.08.2010

SEBUAH CATATAN TENTANG SENJA

karya Moh Hamzah Arsa

sumber foto dari internet.

senjalah yang mengalirkan sungai kecil
di dadamu. sebuah perahu putih kautambatkan
di muara. inilah kendaraan terakhir buat kita hijrah
menjelajahi urat angin yang beranak-pinak
di keluasan kening para nelayan
anak-anak kecil tanpa beban
menyaksikan wajahnya ditikam ikan

pelangi masih setia mengisahkan betapa getir
burung-burung camar memintal-mintal ombak
dan mematuk-matuk paruh ikan: luka berdarah-darah
seperti ketika khidir menenggelamkan gugus mimpi anak-anak
aku pun bergegas menyelami lautan: mutiara ini masih saja cahaya
                                        
pada senja yang terakhir, garis-garis takdir
begitu jelas terurai di bilangan abad-abad zikir
kita gagal mengunyahnya dengan geletar badai
doalah mata hati, tajam membelah dada matahari
dalam gugur bunga zaitun

April, 2006

SAJAK UNTUK GURU HONORER

Oleh Widi hatmoko

sebuah catatan
untuk sahabatku
Gati

sumber karikatur : http://www.1.bp.blogspot.com/

masih seperti   duapuluh tahun yang lalu
aku melihat kaki kecilmu
mengayuh sepeda mini yang telah menjadi rongsok—
usang dimakan jaman
aku masih ingat
sebatang coklat yang tak sempat kuberikan kepadamu
meleleh
terjatuh di atas tanah yang kering
terinjak kaki-kaki bersepatu
kita tak pernah tahu;
sejauh mana langkah yang sudah kita tempuh
berapa angan yang telah kita buang
Sebanyak apa sakit yang tidak pernah kita hitung
ketika harapan itu padam
kau terbangun dari mimpi
melihat hitam melilit sekujur malam
saat semburat jingga menebarkan seribu harapan
kau sedekahkan jiwamu pada anak-anak di sekitarmu
seketika itupula
aku melihatmu seperti pijar matahari jam sembilan pagi
sinarmu merata pada hamparan bak permadani hujau  nan subur
ketika menjamah diantara  padang yang tandus
kaupun menjelma menjadi hujan yang jatuh dari langit
sontak, sorai wajah-wajah gersang—riang
menengadah di atas tanah yang basah

masih seperti duapuluh tahun yang lalu
aku ingin tetap melihat kaki kecilmu
mengayuh sepeda mini yang telah menjadi rongsok—
usang dimakan jaman
meskipun kau telah meninggalkan cerita lamamu—guru honorer

Satelit Jakarta 2010