karya Moh Hamzah Arsa
sumber foto : http://www.picasaweb.google.com/ |
rumah-rumah tinggal bisik. suaramu parau.
abad-abad terus mencengkram
leher-leher doa. ketika sebuah busur panah dilesatkan
dadamu terbelah, burung-burung berhamburan
dari rimba rambutmu, lantas melintas
menyusun sarang baru di rimbun ranting dhuha
di batas sunyi, getar kecemasan jantungmu
semakin mengental. serupa tangkai waktu
yang rapuh, batu-batu sejarah mulai bergeser
ke ruang yang lebih terbuka. aku masih setia
memahat wajah purnama. pada bilangan zikir kemarau
kuurai daun tembakau menadah embun
bianglala. ladang-ladang tahajjud adalah rahimmu,
kelak janin kesadaran matahari mekar
menemukan ventilasi nafasnya
kau usap debu-debu yang beranak-pinak
membentuk gumpalan kekhawatiran laron-laron
serupa jalan-jalan menukik tajam. bercabang-cabang
jari-jemarimu lelah menghitung
kegamangan gemintang menyingkap awan
seperti kita sering lupa bahwa pada sepoi
kumandang azan, nafas kesabaran
rerumputan menegar
Mei, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar